Situs Resmi Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin Gapura Sumenep Madura
GAMBAR LATAR

GAMBAR LATAR

Temu Rutin Kabanas, Kiai Dardiri Ajak Gunakan Waktu untuk Kebaikan

 

Kiai Dardiri saat menghadiri temu rutin bulanan Kabanas Rayon Gapura Tengah. (Foto: Mahalli). 

Gapura Tengah, NASA - Pengasuh Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura, Kiai A Dardiri Zubairi mengajak agar menggunakan waktu untuk kebaikan. Sebab penyesalan selalu datang di saat semua sudah terjadi.

Hal itu disampaikan Kiai Dardiri dalam acara Temu Rutin Bulanan Keluarga Besar Alumni Nasy'atul Muta'llimin (Kabanas) Rayon Gapura Tengah, Kamis, 24 April 2025.

”Masa lalu tidak akan pernah kembali. Makanya ada penyesalan di saat segalanya sudah terjadi,” ungkap Kiai Dardiri.

Di hadapan puluhan alumni yang hadir, Kiai Dardiri menyebut bahwa waktu dibagi tiga. Yakni dulu, sekarang dan akan datang. Perihal apapun yang terjadi saat ini tentu dipengaruhi oleh perbuatan di masa lalu.

”Kita semua bisa berkumpul saat ini dalam pertemuan rutin alumni, karena dipengaruhi masa lalu. Bahwa kita pernah duduk di bangku sekolah dan nyantri di Pesantren Nasy’atul Muta’allimin,” tambahnya.

Sayangnya, lanjut Kiai Dardiri, waktu terasa begitu cepat berlalu. Perubahan waktu yang demikian cepat itu karena terlalu tenggelam dan sibuk dengan waktu sekarang. Sampai lupa bahwa ada masa mendatang yang perlu disiapkan sebaik mungkin, termasuk bekal untuk kehidupan selanjutnya.

”Setiap hari kita terikat dengan waktu sekarang. Disibukkan dengan segala urusan duniawi. Sampai-sampai kita tidak mempunyai waktu untuk mempersiapkan masa yang akan datang, termasuk di akhirat nanti,” ujar Kiai Dardiri.

Kesibukan yang banyak dialami manusia itu, menurut Kiai Dardiri, karena diselimuti angan-angan yang bejibun. Ada banyak hal dan tujuan materil yang ingin dicapai. Padahal kebutuhannya tidaklah seberapa.

“Kita terlalu banyak mikir kehidupan yang sekarang. Tenggelam oleh banyak angan-angan yang ingin dicapai. Sehingga waktu terasa cepat berlalu. Tiba-tiba sudah tua dan bahkan sudah menemui ajal, sementara bekal lupa disiapkan,” terangnya.



Kesibukan manusia akan urusan duniawi sama halnya dengan tingginya hasrat untuk menyantap aneka makanan saat berpuasa di siang hari. Segala jenis makanan dan minuman pun disiapkan. Namun ketika sudah tiba waktu buka puasa, aneka makanan itu tidak dihabiskan karena sudah kenyang.

Realitas demikian, menurut Kiai Dardiri, selaras dengan dawuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Bahwa ketika hidup manusia justru tidur, dan baru tersadar atau bangun ketika sudah meninggal dunia.

”Kita ini hidup tapi tidak sadar. Kenapa dianggap tidur pada saat hidup, mungkin karena sedang tidak sadar ada di waktu yang membuat dirinya tenggelam dan lupa untuk mempersiapkan diri di masa mendatang. Makanya benar pepatah bahwa waktu adalah pedang. Bila tidak digunakan dengan baik, waktulah yang akan memenggal kita,” ujarnya.

Berbeda dengan dawuh Sayyidina Ali, Kiai Dardiri juga menyinggung salah satu pepatah yang dihasilkan dari pola pikir orang modern. Yaitu waktu adalah uang. Pepatah itu juga sudah mulai menjadi prinsip orang-orang desa.

Meski tidak menyalahkan, prinsip tersebut, dikatakan Kiai Dardiri, sangat berbahaya. Sebab kalau tidak menghasilkan uang tidak perlu meluangkan waktu. Sementara kehidupan manusia tidaklah selalu tentang uang.

“Ini berbahaya, salat, kompolan, majelis taklim dan sejenisnya ini tidak ada uangnya. Tetapi bisa memberikan dampak positif untuk masa yang akan datang,” jelasnya.

Mengenai penyesalan, Kiai Dardiri sekilas menceritakan pengalaman pribadinya. Suatu waktu pernah mengonsumsi ikan laut yang berformalin. Tak lama dari itu, wajah terlihat pucat dan menghitam, bahkan jantung berdebar hebat.

”Saya berpikir saya akan mati. Di situ segala penyesalan datang. Akhirnya saya menyimpulkan ketika akan menghadapi maut, penyesalan seperti ini yang dirasakan,” kata Kiai Dardiri menceritakan.

Untuk itu, Kiai Dardiri mengingatkan agar mengisi waktu untuk hal-hal yang baik. Termasuk meluangkan waktu untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta agar hidup menjadi lebih mulia dan berguna.

”Sejatinya kita hidup hanya menunggu waktu salat. Kita diberika waktu salat agar tidak tenggelam dengan waktu yang sekarang. Akan tetapi juga bisa meluangkan waktu untuk masa mendatang,” tegasnya.

Lebih jauh, Kiai Dardiri juga menukil salah satu surah dalam al-Qur’an yang membahas tentang waktu, yakni Al-’Ashr. Secara umum, dalam pandangan Kiai Dardiri, manusia akan merugi bila tidak menggunakan waktu untuk kebaikan.

”Mari kita jadikan momen ini untuk saling mengingatkan dan saling mendorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan,” tandasnya.

Editor: Ibnu Abbas