Pemenang Sayembara Desain Logo Harlah ke-66 PP Nasy’atul Muta’allimin
Pesantren bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, tetapi juga merupakan ruang kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai kebersamaan, kearifan, dan keselarasan dengan alam. Di pesantren, santri diajarkan untuk hidup berdampingan dengan sesama, serta menjaga keseimbangan dengan alam dan lingkungan.
Berangkat dari filosofi inilah, menjelang peringatan dan perayaan hari lahir yang ke-66, Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin mengadakan sayembara desain logo dengan tema "Pesantren Kehidupan: Harmoni Manusia dan Lingkungan". Pesantren menyelenggarakan Sayembara Logo ini bertujuan untuk mencari simbol visual yang mampu merepresentasikan nilai-nilai tersebut dengan baik sebagai syiar keniscayaan pesantren yang senantiasa meng-harmoni-kan diri dengan alam dan lingkungan.
Setelah melalui proses seleksi yang ketat, memakan banyak meja rapat sampai fase penetapan langsung dari Pengasuh, akhirnya terpilih satu desain yang paling sesuai dengan tema dan kriteria penilaian yang ditentukan.
Desain logo karya Sholihin (Salah satu alumni dari Gersik Putih ) terpilih sebagai pemenang karena secara estetik dan filosofis mampu menggambarkan esensi yang diharapkan berdasarkan SK Nomor: 001/Panpel.Harlah-66/PP Nasa/SK/II/2025.
Logo ini tidak hanya sekadar ilustrasi, tetapi juga sarat dengan makna mendalam yang mencerminkan perjalanan panjang pesantren dalam mencetak generasi yang berakhlak mulia dan peduli terhadap lingkungan.
Di tengah logo, sebuah pohon rindang menjulang dengan akar kokoh dan daun-daun hijau yang merekah. Pohon ini bukan sekadar simbol kehidupan, melainkan metafora pertumbuhan jiwa yang terus-menerus: akarnya menghujam ke bumi sebagai fondasi spiritual, sementara dahannya menjangkau langit, mencerminkan cita-casa tinggi insan yang tak pernah berhenti belajar. Di antara dedaunan, tersirat siluet manusia yang saling bergandengan, membentuk lingkaran harmoni. Tangan-tangan itu tidak hanya bersatu, tetapi juga seolah menyangga batang pohon, mengisyaratkan bahwa manusia adalah penjaga sekaligus bagian tak terpisahkan dari alam.
Di pangkal pohon, terbuka sebuah buku yang halamannya berpadu dengan aliran sungai kecil, mengalirkan makna bahwa ilmu dan spiritualitas harus selaras dengan ritme alam. Tinta dari pena yang tergores di buku itu tidak hitam, melainkan hijau dan biru—warna bumi dan langit—sebagai pengingat bahwa pengetahuan sejati lahir dari merenungi keagungan ciptaan.
Mengelilingi seluruh elemen, garis melingkar tak putus berwarna emas membentuk orbit abadi. Garis ini bukan batas, melainkan siklus: manusia belajar dari alam, alam memberi kehidupan, dan manusia mengembalikannya dengan merawat. Di sekeliling lingkaran, nama "Nasyatul Mutathimin" terpahat dengan huruf kaligrafi yang dinamis, seolah tumbuh bersama pohon—menegaskan bahwa ambisi manusia untuk berkembang harus selalu berakar pada kesadaran ekologis.
Logo ini bukan gambar mati, melainkan cerita bergerak: setiap elemen saling bernapas, mengajarkan bahwa harmoni bukanlah mimpi, tetapi tindakan sehari-hari. Di sini, pesantren bukan hanya tempat mengaji, melainkan ruang di mana manusia belajar menjadi "khalifah" yang bijak—menjembatani langit dan bumi, memadukan iman, ilmu, dan amal untuk peradaban yang lestari.
Sebagai pemenang sayembara, desain logo karya Sholihin kini menjadi bagian dari sejarah perjalanan Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin. Kami mengucapkan selamat kepada pemenang, serta terima kasih kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi dan menyumbangkan kreativitasnya. Semoga logo ini menjadi penanda semangat baru bagi pesantren dalam mencetak generasi yang lebih sadar akan pentingnya menjaga alam dan lingkungan.