Situs Resmi Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin Gapura Sumenep Madura
GAMBAR LATAR

GAMBAR LATAR

Pesan Berkesan KH. A. Zubairi Marzuqi yang Relevan dengan Zaman Edan - Sofyan RH. Zaid

Pesan Berkesan KH. A. Zubairi Marzuqi yang Relevan dengan Zaman Edan

Sofyan RH. Zaid

KH. A. Munif Zubairi (alm) membuka peti harta karun kenangannya pada acara Silaturahmi Akbar dan Harlah ke-63 Pondok Pesantren Nasy'atul Muta'allimin di Gapura (23/03/2022). Beliau menyampaikan empat pesan berkesan yang berasal dari KH. A.  Zubairi Marzuqi, ayahandanya selaku pendiri Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin (NASA) sebagaimana dilansir media online NU Jatim di hari yang sama. Empat pesan yang begitu relevan untuk zaman edan yang penuh dengan kegelisahan, individualisme, dan krisis identitas:


1. Derajat Tidak Diangkat Sendiri

Pesan pertama ini mengajarkan tentang pentingnya kerendahan hati dan kesadaran bahwa segala kehormatan, kedudukan, atau derajat dalam hidup adalah anugerah dari Allah, bukan hasil dari usaha atau ambisi pribadi semata. Ambisi berlebihan untuk meraih derajat tinggi justru dapat membuat hidup tidak tenang dan bahagia. Sebaliknya, dengan bersikap tawakal dan ikhlas, seseorang akan merasakan ketenangan batin karena meyakini bahwa Allah akan mengangkat derajatnya pada waktu yang tepat. Ingat, pada waktu yang tepat. Lantas, apa rahasia agar Allah mengangkat derajat kita? Nabi Muhammad saw. membocorkan salah satunya:

“Barangsiapa yang rendah hati karena Allah, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Tirmidzi No. 2029).

Pesan Kiai Zubairi ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kompetisi tidak sehat atau obsesi terhadap segala bentuk pengakuan. Sebaiknya, fokuslah pada proses dan niat baik dalam setiap tindakan, sambil meyakini bahwa hasil akhir adalah hak prerogatif Allah. Dengan demikian, kita akan terhindar dari stres dan kecemasan yang sering muncul akibat tekanan untuk selalu "tampil wow" di mata sosial.


2. Palebur Langalae (Jadilah Pribadi yang Suka Mengalah)

Pesan kedua ini mengajarkan nilai kerendahan hati dan kebijaksanaan dalam menghadapi konflik atau perbedaan pendapat. Kiai Zubairi mengingatkan bahwa mengalah bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kekuatan dan kematangan spiritual. Orang yang mengalah justru adalah pemenang sejati karena ia mampu mengendalikan ego dan menjaga harmoni dalam hubungan sosial.

Di zaman, di mana egoisme dan individualisme sering kali mendominasi, pesan ini menjadi relevan untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Mengalah bukan berarti menyerah, tetapi memilih untuk menjaga perdamaian dan menghargai hubungan lebih daripada kemenangan sesaat. Sikap ini juga mencerminkan kedewasaan dalam menyikapi perbedaan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat. Apalagi Nabi Muhammad saw. telah jauh hari menekankan bahwa: 

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.” (HR. Bukhari No. 6114).


3. Istiqamah Bangun Malam dan Shalat Tahajud

Pesan ketiga menekankan pentingnya konsistensi dalam ibadah, khususnya shalat tahajud. Kiai Zubairi mengingatkan bahwa hidup yang sengsara sering kali disebabkan oleh kelalaian dalam mendekatkan diri kepada Allah. Shalat tahajud, sebagai ibadah sunnah muakad yang dilakukan di sepertiga malam, adalah momen khusus untuk merenung, memohon ampunan, dan meminta petunjuk dari Allah. Bahkan Nabi Muhammad saw. sempat menyabdakan bahwa: 

“Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim No. 1163).

Dalam kehidupan yang serba sibuk, pesan ini mengajak kita untuk meluangkan waktu sejenak di tengah malam guna merenungkan diri dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. Shalat tahajud tidak hanya menjadi sarana untuk memohon pertolongan, tetapi juga sebagai terapi jiwa yang dapat menenangkan hati dan pikiran. Dengan istiqamah dalam ibadah ini, kita akan lebih siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh kesabaran dan keyakinan.


4. Istiqamah Membaca Al-Qur’an

Pesan keempat adalah tentang pentingnya konsistensi dalam membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Al-Qur’an bukan hanya sebagai pedoman hidup, tetapi juga sebagai sumber ketenangan dan pencerahan bagi jiwa. Kiai Zubairi menegaskan bahwa kebiasaan membaca Al-Qur’an akan membawa keberkahan dan kemudahan dalam hidup. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw. bahwa:

“Orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya, akan dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi No. 2914).

Di tengah arus informasi yang begitu deras, pesan ini mengingatkan kita untuk tetap menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat perhatian dan sumber inspirasi. Membaca Al-Qur’an secara rutin tidak hanya memperkuat keimanan, tetapi juga memberikan solusi atas berbagai persoalan hidup. Dengan memahami dan mengamalkan isinya, kita akan menemukan arah dan tujuan hidup yang lebih jelas.

Tentu saja, empat pesan KH. A. Zubairi Marzuqi ini tidak hanya berlaku untuk keluarga, para santri, dan alumni, tetapi juga berlaku untuk kita semua sebagai muslim. Pesan-pesan tersebut mengajarkan nilai-nilai universal, seperti kerendahan hati, kebijaksanaan, konsistensi dalam ibadah, indahnya menjaga silaturrahmi dengan sesama, serta begitu pentingnya hubungan dengan Allah. Dengan menginternalisasi empat pesan di atas, kita akan dapat menjalani hidup dengan lebih tenang, bahagia, dan asyik, tanpa melupakan peran sosial kita di masyarakat.

Membaca dan menghayati empat pesan di atas, saya jadi ingat kepada Ali bin Abi Thalib bahwa "orang yang paling bahagia adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari kehidupan orang lain, sehingga dia tidak perlu mencoba semua hal sendiri. Namun orang yang paling mulia adalah orang yang bisa menjadi pelajaran bagi orang lain." sebagaimana sosok KH. A. Zubairi Marzuqi ini.[]

Bekasi, 22 Februari 2025